Ditulis Oleh Al Ustadz Marwan
Perhatikanlah dan renungkanlah tentang dunia ini dan tentang cepat berlalunya dunia ini.
كُلُّ مَنْ عَلَيْهَا فَانٍ () وَيَبْقَىٰ وَجْهُ رَبِّكَ ذُو الْجَلَالِ وَالْإِكْرَامِ
Artinya : Semua yang ada di bumi itu
akan binasa.Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan
kemuliaan. (Ar Rahman : 26-27).
akan binasa.Dan tetap kekal Dzat Tuhanmu yang mempunyai kebesaran dan
kemuliaan. (Ar Rahman : 26-27).
Setiap yang hidup di dunia akan mati,
dan setiap yang kuat akan lemah, dan setiap yang baru akan usang, setiap
yang ditempati akan roboh. Ayat-ayat di dalam Al Qur’anul karim sangat
banyak menerangkan tentang peringatan dari ketertipuan terhadap perkara
dunia, dan keterangan tentang cepat berlalunya dunia dan berbagai
permisalan tentang perkara dunia. Sungguh Allah Ta’aala telah
mengkhabarkan tentang akibat dan tempat kembali orang-orang yang kurang
semangatnya kepada kehidupan akhirah dan ridho terhadap perkara dan
kehidupan dunia, dan hanya menginginkan perkara dunia dan kemudian
berpaling dari kehidupan akherat, firman Allah Ta’aala :
dan setiap yang kuat akan lemah, dan setiap yang baru akan usang, setiap
yang ditempati akan roboh. Ayat-ayat di dalam Al Qur’anul karim sangat
banyak menerangkan tentang peringatan dari ketertipuan terhadap perkara
dunia, dan keterangan tentang cepat berlalunya dunia dan berbagai
permisalan tentang perkara dunia. Sungguh Allah Ta’aala telah
mengkhabarkan tentang akibat dan tempat kembali orang-orang yang kurang
semangatnya kepada kehidupan akhirah dan ridho terhadap perkara dan
kehidupan dunia, dan hanya menginginkan perkara dunia dan kemudian
berpaling dari kehidupan akherat, firman Allah Ta’aala :
إِنَّ
الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا
وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ ()
أُولَٰئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا وَرَضُوا بِالْحَيَاةِ الدُّنْيَا
وَاطْمَأَنُّوا بِهَا وَالَّذِينَ هُمْ عَنْ آيَاتِنَا غَافِلُونَ ()
أُولَٰئِكَ مَأْوَاهُمُ النَّارُ بِمَا كَانُوا يَكْسِبُونَ
Sesungguhnya orang-orang yang tidak
mengharapkan (tidak percaya akan) Pertemuan dengan Kami, dan merasa puas
dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan
orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami,Mereka itu tempatnya ialah
neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan. (Yunus : 7-8).
mengharapkan (tidak percaya akan) Pertemuan dengan Kami, dan merasa puas
dengan kehidupan dunia serta merasa tenteram dengan kehidupan itu dan
orang-orang yang melalaikan ayat-ayat Kami,Mereka itu tempatnya ialah
neraka, disebabkan apa yang selalu mereka kerjakan. (Yunus : 7-8).
Dan firman Allah Ta’aala :
مَن
كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ
أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ () أُولَٰئِكَ
الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا
صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
كَانَ يُرِيدُ الْحَيَاةَ الدُّنْيَا وَزِينَتَهَا نُوَفِّ إِلَيْهِمْ
أَعْمَالَهُمْ فِيهَا وَهُمْ فِيهَا لَا يُبْخَسُونَ () أُولَٰئِكَ
الَّذِينَ لَيْسَ لَهُمْ فِي الْآخِرَةِ إِلَّا النَّارُ ۖ وَحَبِطَ مَا
صَنَعُوا فِيهَا وَبَاطِلٌ مَّا كَانُوا يَعْمَلُونَ
Artinya : Barangsiapa yang
menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan
kepada mereka Balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan
mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.
menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya Kami berikan
kepada mereka Balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan
mereka di dunia itu tidak akan dirugikan.
Itulah orang-orang yang tidak
memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa
yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka
kerjakan (Huud : 15-16).
memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa
yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka
kerjakan (Huud : 15-16).
Dan dalam Shahihain dari nabi shallallahu’alaihi wa sallam beliau mengatakan ;
مَا الدُّنْيَا فِي الآخِرَة إلا كَمثل مَا يَجْعَل أحَدُكُمْ أصبعَهُ فِي اليَمِّ فَلْيَنْظر بِم ترجع .
Artinya : Tidaklah dunia itu
dibandingkan dengan kehidupan akherat kecuali semisal seseorang yang
memasukkan jarinya ke lautan maka hendaklah ia melihat dari apa yang
kembali (jika jari tersebut diangka apa yang tersisa).
dibandingkan dengan kehidupan akherat kecuali semisal seseorang yang
memasukkan jarinya ke lautan maka hendaklah ia melihat dari apa yang
kembali (jika jari tersebut diangka apa yang tersisa).
Dan dalam hadits yang lain :
الدُّنْيَا سِجْنُ المُؤمن وَجَنَّة الكَافِر
Artinya : Dunia itu adalah penjara orang-orang yang beriman dan jannah orang-orang kafir.
Hadits riwayat Muslim.
Al Hasan Basri pernah menulis surat kepada Umar bin Abdil ‘Aziz, ia mengatakan :
Amma ba’du, sesungguhnya dunia
itu adalah tempat pemberangkatan dan bukanlah sebagai tempat tinggal.
Dan Adam diturunkan ke muka bumi tidaklah lain karena sebagai hukuman,
maka hati-hatilah terhadap dunia itu wahai Amirul mukminin,
sesungguhnya berbekal dengan perkara dunia itu adalah dengan cara
meninggalkannya dan kekayaan di dunia itu adalah kefakiran terhadapnya.
Setiap saat ia menghinakan orang-orang yang memuliakannya, menjadikan
kefakiran orang-orang yang mengumpulkannya. Ibarat racun yang dimakan
oleh orang-orang yang tidak tahu, sedangkan ia akan membunuhnya.
Hati-hatilah di negeri yang menipu dan memperdaya ini.
itu adalah tempat pemberangkatan dan bukanlah sebagai tempat tinggal.
Dan Adam diturunkan ke muka bumi tidaklah lain karena sebagai hukuman,
maka hati-hatilah terhadap dunia itu wahai Amirul mukminin,
sesungguhnya berbekal dengan perkara dunia itu adalah dengan cara
meninggalkannya dan kekayaan di dunia itu adalah kefakiran terhadapnya.
Setiap saat ia menghinakan orang-orang yang memuliakannya, menjadikan
kefakiran orang-orang yang mengumpulkannya. Ibarat racun yang dimakan
oleh orang-orang yang tidak tahu, sedangkan ia akan membunuhnya.
Hati-hatilah di negeri yang menipu dan memperdaya ini.
Jadikanlah puncak dari kebahagiaan anda
di dunia adalah puncak kehati-hatian anda terhadap dunia. Seorang yang
merasa puas dengan kesenangan dunia maka dunia itu akan membawanya
kepada keburukan. Kebahagiaan dunia itu diikat dengan penderitaan,
kejernihan dunia itu penuh dengan kekeruhan, kalaulah Allah Ta’aala
tidaklah memberitakan dan tidak membuat permisalan mengenai dunia
tersebut, niscaya ia dengan sendirinya akan membangunkan orang yang
tidur dan menyadarkan orang yang sedang lalai. Dan sungguh telah datang
cercaan dari Allah Ta’aala mengenai perkara dunia tersebut. Dan telah
datang pemberi peringatan. Dan sungguh nabi shallallahu’alaihi wa sallam
telah ditawarkan kepadanya tentang kunci-kunci dan
perbehendaraan-perbehendaraan , sesayap nyamukpun tidak dikurangi di
sisi Allah Ta’aala tetapi beliau menolaknya, dan beliau tidak suka
mencintai apa yang dibenci oleh Allah Ta’aala atau meninggikan perkara
yang direndahkan oleh Penciptanya.
di dunia adalah puncak kehati-hatian anda terhadap dunia. Seorang yang
merasa puas dengan kesenangan dunia maka dunia itu akan membawanya
kepada keburukan. Kebahagiaan dunia itu diikat dengan penderitaan,
kejernihan dunia itu penuh dengan kekeruhan, kalaulah Allah Ta’aala
tidaklah memberitakan dan tidak membuat permisalan mengenai dunia
tersebut, niscaya ia dengan sendirinya akan membangunkan orang yang
tidur dan menyadarkan orang yang sedang lalai. Dan sungguh telah datang
cercaan dari Allah Ta’aala mengenai perkara dunia tersebut. Dan telah
datang pemberi peringatan. Dan sungguh nabi shallallahu’alaihi wa sallam
telah ditawarkan kepadanya tentang kunci-kunci dan
perbehendaraan-perbehendaraan , sesayap nyamukpun tidak dikurangi di
sisi Allah Ta’aala tetapi beliau menolaknya, dan beliau tidak suka
mencintai apa yang dibenci oleh Allah Ta’aala atau meninggikan perkara
yang direndahkan oleh Penciptanya.
Allah Ta’aala menyempitkan bagi
orang-orang sholeh untuk sebagai pilihan dan melapangkan bagi
musuh-musuhNya sebagai tipu daya, sehingga orang-orang yang tertipu itu
menyangka bahwa dirinya telah dimuliyakan dengan dunia, dan ia lupa
terhadap apa yang telah dilakukan Allah Ta’aala terhadap RasulNya ketika
beliau shallallahu’alaihi wa sallam mengikatkan batu pada perutnya.
Demi Allah, tidaklah salah seorang dari manusia yang diluaskan baginya
perkara dunia sehingga ia tidak takut, maka ia akan menjadi makar
baginya, dan kalaulah tidak maka sungguh akalnya berkurang dan
pikirannya lemah.
orang-orang sholeh untuk sebagai pilihan dan melapangkan bagi
musuh-musuhNya sebagai tipu daya, sehingga orang-orang yang tertipu itu
menyangka bahwa dirinya telah dimuliyakan dengan dunia, dan ia lupa
terhadap apa yang telah dilakukan Allah Ta’aala terhadap RasulNya ketika
beliau shallallahu’alaihi wa sallam mengikatkan batu pada perutnya.
Demi Allah, tidaklah salah seorang dari manusia yang diluaskan baginya
perkara dunia sehingga ia tidak takut, maka ia akan menjadi makar
baginya, dan kalaulah tidak maka sungguh akalnya berkurang dan
pikirannya lemah.
Sesungguhnya tercelanya dunia itu
tidaklah mengarah kepada apa saja yang Allah Ta’aala ciptakan dari
perkara-perkara yang memberikan kemanfaatan, makanan-makanan,
minuman-minuman dan harat benda. Akan tetapi celaan dan peringatan itu
mengarah kepada apa-apa yang dilakukan oleh anak Adam. Maka barangsiapa
yang berbangga-bangga, ujub dengan perkara dunia serta melalaikan dari
ketaatan kepada Allah Ta’aala dan melupakan kehidupan akhirat maka yang
demikian ini tercela dan akan diadzab. Sebagaimana keadaan kaum ‘Aad
ketika nabi Hud memperingatkan kepada mereka tentang adzab Allah Ta’aala
:
tidaklah mengarah kepada apa saja yang Allah Ta’aala ciptakan dari
perkara-perkara yang memberikan kemanfaatan, makanan-makanan,
minuman-minuman dan harat benda. Akan tetapi celaan dan peringatan itu
mengarah kepada apa-apa yang dilakukan oleh anak Adam. Maka barangsiapa
yang berbangga-bangga, ujub dengan perkara dunia serta melalaikan dari
ketaatan kepada Allah Ta’aala dan melupakan kehidupan akhirat maka yang
demikian ini tercela dan akan diadzab. Sebagaimana keadaan kaum ‘Aad
ketika nabi Hud memperingatkan kepada mereka tentang adzab Allah Ta’aala
:
فَأَمَّا
عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوا مَنْ
أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً ۖ أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي
خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً ۖ
عَادٌ فَاسْتَكْبَرُوا فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ وَقَالُوا مَنْ
أَشَدُّ مِنَّا قُوَّةً ۖ أَوَلَمْ يَرَوْا أَنَّ اللَّهَ الَّذِي
خَلَقَهُمْ هُوَ أَشَدُّ مِنْهُمْ قُوَّةً ۖ
Adapun kaum ‘Aad Maka mereka
menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata:
“Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?” dan Apakah mereka itu
tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih
besar kekuatan-Nya daripada mereka? (Fushilat : 15).
menyombongkan diri di muka bumi tanpa alasan yang benar dan berkata:
“Siapakah yang lebih besar kekuatannya dari kami?” dan Apakah mereka itu
tidak memperhatikan bahwa Allah yang menciptakan mereka adalah lebih
besar kekuatan-Nya daripada mereka? (Fushilat : 15).
Dan sebagaimana keadaan Fir’aun ketika Nabi Musa memperingatkan kepadanya :
وَنَادَىٰ
فِرْعَوْنُ فِي قَوْمِهِ قَالَ يَا قَوْمِ أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ
وَهَٰذِهِ الْأَنْهَارُ تَجْرِي مِن تَحْتِي ۖ أَفَلَا تُبْصِرُونَ
فِرْعَوْنُ فِي قَوْمِهِ قَالَ يَا قَوْمِ أَلَيْسَ لِي مُلْكُ مِصْرَ
وَهَٰذِهِ الْأَنْهَارُ تَجْرِي مِن تَحْتِي ۖ أَفَلَا تُبْصِرُونَ
Artinya : (seraya) berkata: “Hai
kaumku, Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah)
sungai-sungai ini mengalir di bawahku; Maka Apakah kamu tidak
melihat(nya)?(Az-Zukhruf : 51).
kaumku, Bukankah kerajaan Mesir ini kepunyaanku dan (bukankah)
sungai-sungai ini mengalir di bawahku; Maka Apakah kamu tidak
melihat(nya)?(Az-Zukhruf : 51).
Dan sebagaimana keadaan Qarun ketika Allah Ta’aala berikan kepadanya perbendaharaan dari harta benda yang melimpah :
إِذْ
قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ
الْفَرِحِينَ () وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ
وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ
إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا
يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ () قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِندِي
قَالَ لَهُ قَوْمُهُ لَا تَفْرَحْ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا يُحِبُّ
الْفَرِحِينَ () وَابْتَغِ فِيمَا آتَاكَ اللَّهُ الدَّارَ الْآخِرَةَ ۖ
وَلَا تَنسَ نَصِيبَكَ مِنَ الدُّنْيَا ۖ وَأَحْسِن كَمَا أَحْسَنَ اللَّهُ
إِلَيْكَ ۖ وَلَا تَبْغِ الْفَسَادَ فِي الْأَرْضِ ۖ إِنَّ اللَّهَ لَا
يُحِبُّ الْمُفْسِدِينَ () قَالَ إِنَّمَا أُوتِيتُهُ عَلَىٰ عِلْمٍ عِندِي
Artinya : (ingatlah) ketika kaumnya
berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri”.Dan carilah
pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.Karun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. (Al Qoshosh : 76-78).
berkata kepadanya: “Janganlah kamu terlalu bangga; Sesungguhnya Allah
tidak menyukai orang-orang yang terlalu membanggakan diri”.Dan carilah
pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagianmu dari (kenikmatan)
duniawi dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah
berbuat baik, kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di (muka)
bumi. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berbuat
kerusakan.Karun berkata: “Sesungguhnya aku hanya diberi harta itu, karena ilmu yang ada padaku”. (Al Qoshosh : 76-78).
Maknanya : Dengan sebab kecakapanku dan pengetahuanku, atau karena sungguh aku adalah yang paling berhak atasnya.
Maka orang-orang yang melihat terhadap
perkara dunia ketika ia mendapatkan perkara dunia itu dengan kaca mata
penglihatan sebagaimana tersebut, dan membawanya kepada sikap takabbur
dan kerusakan di muka bumi, dan mengakibatkan lupa terhadap kehidupan
akhirat maka yang demikian ini adalah tercela dan akan diadzab.
perkara dunia ketika ia mendapatkan perkara dunia itu dengan kaca mata
penglihatan sebagaimana tersebut, dan membawanya kepada sikap takabbur
dan kerusakan di muka bumi, dan mengakibatkan lupa terhadap kehidupan
akhirat maka yang demikian ini adalah tercela dan akan diadzab.
Adapun orang-orang yang menjadikan dunia
ini dari sisi yang diperbolehkan dan dalam rangka untuk membantu dalam
rangka ketaatan kepada Allah Ta’aala, dan tidak membawa kepada sikap
angkuh, maka yang demikian ini adalah akan dibalas kebaikan dan
berpahala, dan sebaik-baik harta benda adalah yang baik untuk seseorang
yang sholeh. Sebagaimana sabda nabi shallallahu’alaihi wa sallam :
ini dari sisi yang diperbolehkan dan dalam rangka untuk membantu dalam
rangka ketaatan kepada Allah Ta’aala, dan tidak membawa kepada sikap
angkuh, maka yang demikian ini adalah akan dibalas kebaikan dan
berpahala, dan sebaik-baik harta benda adalah yang baik untuk seseorang
yang sholeh. Sebagaimana sabda nabi shallallahu’alaihi wa sallam :
إنَّمَا
الدُّنْيا لأرْبَعَة نَفَرٍ : عَبْد رَزَقَ اللهُ مَالا وَعِلْماً فَهُوَ
يَتَّقي فِيهِ رَبَّهُ وَيَصِل فيه رَحِمَهُ وَيعلم فِيهِ حَقاً فَهَذا
بأفضلِ المَنَازِلِ، وَعَبْدٌ رَزَقَ اللهُ عِلْماً وَلَمْ يَرْزُقه مَالاً
فَهُوَ صادِق النِّية يَقُولُ : لَو أنَّ لِي مَالاً لَعَمِلْتُ بِعَملِ
فُلان فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فأجْرُهُما سَواء. وَعَبدُ رَزَقَ اللهُ مَالاً
وَلَمْ يَرْزُقهُ عِلْماً فَهُوَ يَتَخَبَّطُ فِي مَالِهِ بِغَيرِ عِلْمٍ
لا يَتَّقي فِيهِ رَبَّهُ، وَلا يَصِل فِيهِ رَحِمَهُ وَلا يَعْلَمُ فِيهِ
للهِ حَقاّ فَهَذَا بِأخْبَث المَنَازل، وَعَبدٌ لَمْ يَرْزُقه مَالاً وَلا
عِلْماً فَهُوَ يَقُولُ : لَو أنَّ لي مَالاً لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ
فُلان فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرهُمَا سَوَاء.
الدُّنْيا لأرْبَعَة نَفَرٍ : عَبْد رَزَقَ اللهُ مَالا وَعِلْماً فَهُوَ
يَتَّقي فِيهِ رَبَّهُ وَيَصِل فيه رَحِمَهُ وَيعلم فِيهِ حَقاً فَهَذا
بأفضلِ المَنَازِلِ، وَعَبْدٌ رَزَقَ اللهُ عِلْماً وَلَمْ يَرْزُقه مَالاً
فَهُوَ صادِق النِّية يَقُولُ : لَو أنَّ لِي مَالاً لَعَمِلْتُ بِعَملِ
فُلان فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فأجْرُهُما سَواء. وَعَبدُ رَزَقَ اللهُ مَالاً
وَلَمْ يَرْزُقهُ عِلْماً فَهُوَ يَتَخَبَّطُ فِي مَالِهِ بِغَيرِ عِلْمٍ
لا يَتَّقي فِيهِ رَبَّهُ، وَلا يَصِل فِيهِ رَحِمَهُ وَلا يَعْلَمُ فِيهِ
للهِ حَقاّ فَهَذَا بِأخْبَث المَنَازل، وَعَبدٌ لَمْ يَرْزُقه مَالاً وَلا
عِلْماً فَهُوَ يَقُولُ : لَو أنَّ لي مَالاً لَعَمِلْتُ فِيهِ بِعَمَلِ
فُلان فَهُوَ بِنِيَّتِهِ فَوِزْرهُمَا سَوَاء.
Artinya : Sesungguhnya pada perkara
dunia itu ada empat kelompok manusia : Seorang hamba yang Alloh berikan
rezeki kepadanya berupa harta dan ilmu maka kemudian ia menggunakannya
untuk ketaqwaan kepada Alloh, dan menyambung silaturohim dengannya, dan
ia mengetahui hak Alloh atas harta tersebut maka hamba ini adalah pada
seutama-utama kedudukan, dan seorang hamba yang Alloh berikan kepadanya
ilmu dan tidak diberikan kepadanya harta benda dan ia benar niatnya, ia
mengatakan : kalaulah aku memiliki harta maka aku akan mengamalkan
sebagaimana amalan si fulan, maka dengan niatnya tersebut pahala
keduanya adalah sama. Dan seorang hamba yang Alloh Ta’aala berikan
baginya harta benda dan tidak diberikan ilmu baginya, dan ia
menyia-nyiakan harta bendanya tanpa ilmu, dan tidak dipergunakan untuk
menjalankan ketaatan kepada Alloh Ta’aala, dan tidak untuk menyambung
rohimnya dan ia tidak mengetahui hak Alloh atas harta benda tersebut,
maka ini adalah sejelek-jelek kedudukan. Dan seorang hamba yang tidak
Alloh berikan kepada mereka harta dan ilmu dan ia mengatakan ; kalaulah
aku memiliki harta benda tersebut maka aku akan melakukan sebagaimana
amalan yang dikerjakan oleh si fulan.
dunia itu ada empat kelompok manusia : Seorang hamba yang Alloh berikan
rezeki kepadanya berupa harta dan ilmu maka kemudian ia menggunakannya
untuk ketaqwaan kepada Alloh, dan menyambung silaturohim dengannya, dan
ia mengetahui hak Alloh atas harta tersebut maka hamba ini adalah pada
seutama-utama kedudukan, dan seorang hamba yang Alloh berikan kepadanya
ilmu dan tidak diberikan kepadanya harta benda dan ia benar niatnya, ia
mengatakan : kalaulah aku memiliki harta maka aku akan mengamalkan
sebagaimana amalan si fulan, maka dengan niatnya tersebut pahala
keduanya adalah sama. Dan seorang hamba yang Alloh Ta’aala berikan
baginya harta benda dan tidak diberikan ilmu baginya, dan ia
menyia-nyiakan harta bendanya tanpa ilmu, dan tidak dipergunakan untuk
menjalankan ketaatan kepada Alloh Ta’aala, dan tidak untuk menyambung
rohimnya dan ia tidak mengetahui hak Alloh atas harta benda tersebut,
maka ini adalah sejelek-jelek kedudukan. Dan seorang hamba yang tidak
Alloh berikan kepada mereka harta dan ilmu dan ia mengatakan ; kalaulah
aku memiliki harta benda tersebut maka aku akan melakukan sebagaimana
amalan yang dikerjakan oleh si fulan.
Hadits ini riwayat Ahmad dan Tirmidzi dan Ibnu Majah.
Mayoritas dari kalangan manusia di saat
ini, dunia telah melalaikan mereka dari kehidupan akherat. Dari kalangan
mereka ada yang sibuk mengumpulkan harta benda dan mengembangkannya dan
menyia-nyiakan dari apa yang Allah wajibkan dari shalat lima waktu dan
peribadatan-peribadatan yang lain. Di antara mereka ada orang-orang yang
sibuk dengan bersenang-senang dengan perkara dunia tersebut dan
memberikan kepada jiwanya seluruh apa yang ia inginkan dari
kelezatan-kelezatan dunia, dan berbangga-bangga padanya, dan melupakan
akherat, dan kemudian ia menjadi tidak suka untuk mengingat akherat dan
berat untuk berbicara tentang akherat, maka mereka ini menganggap bahwa
seorang yang zuhud terhadap perkara dunia dan takut terhadap akherat
adalah termasuk dari melalaikan keberadaan dunia di hati-hati mereka dan
melalaikan mereka dari akherat. Maka bertaqwalah kepada Allah Ta’aala
dan bersiap-siaplah untuk menghadap bertemu dengan Alloh Ta’aala.
ini, dunia telah melalaikan mereka dari kehidupan akherat. Dari kalangan
mereka ada yang sibuk mengumpulkan harta benda dan mengembangkannya dan
menyia-nyiakan dari apa yang Allah wajibkan dari shalat lima waktu dan
peribadatan-peribadatan yang lain. Di antara mereka ada orang-orang yang
sibuk dengan bersenang-senang dengan perkara dunia tersebut dan
memberikan kepada jiwanya seluruh apa yang ia inginkan dari
kelezatan-kelezatan dunia, dan berbangga-bangga padanya, dan melupakan
akherat, dan kemudian ia menjadi tidak suka untuk mengingat akherat dan
berat untuk berbicara tentang akherat, maka mereka ini menganggap bahwa
seorang yang zuhud terhadap perkara dunia dan takut terhadap akherat
adalah termasuk dari melalaikan keberadaan dunia di hati-hati mereka dan
melalaikan mereka dari akherat. Maka bertaqwalah kepada Allah Ta’aala
dan bersiap-siaplah untuk menghadap bertemu dengan Alloh Ta’aala.
Disarikan dari Kiab Khuthabul Mimbariyah asy-Syaikh Shalih Fauzan –hafizhahullah-.
Sumber : salafy.or.id